Estetika pada Zaman Klasik yang
Sempurna Bagi Para Dewa
Pantheon, salah satu ikon bangunan spiritual klasik
merupakan sebuah kuil yang digunakan sebagai tempat penyembahan dewa-dewa
Romawi. Pantheon berasal dari bahasa Yunani yang berarti “Rumah Semua Dewa”,
mengindikasikan betapa sakralnya bangunan ini dan mengapa bangunan ini
harus dibuat sempurna. Melihat berbagai foto-foto Pantheon yang diambil
tahun ke tahun, adakah diantara anda yang menyadari dimana letak keindahan
bangunan klasik ini? Bukankah pada kolom Corinthian-nya yang langsing
dan memilki ornamen menyerupai sulur-sulur tanaman pada bagian pucuknya?
Bukankah pada kekokohan yang tampak jelas pada kolom-kolom tadi dalam menopang
sebuah bangunan beton yang begitu massive? Bukankah pada dome-nya
yang memberikan kesan megah pada interiornya? Sadarkah anda bahwa sebenarnya
tak usah terlalu sulit menerka-nerka, bahwa keindahan yang dari awal dibahas
terletak pada fasad bangunannya? Mengapa?
Mungkin ada diantara kita yang telah terlebih dahulu
menyadari apa yang membuat fasad Pantheon melambangkan keindahan di zaman
klasik. Ditambah sebuah foto (Gambar 1) yang ditampilkan di sini, yang
seharusnya memperjelas petunjuk bagi anda untuk mengutarakan keindahan yang
dimaksud sejak awal. Simetri? Ya, tepat sekali. Sebuah fountain yang
pucuknya menjulang, membagi fasad Pantheon menjadi dua bagian yang sangat
simetris. Bagian kanan tampak seperti hasil pencerminan dari bagian kirinya,
dan sebaliknya. Inilah mengapa Pantheon dianggap sebagai salah satu bangunan
yang melambangkan keindahan pada zaman klasik.
Gambar 1.
Fasad Pantheon yang tampak terbagi simetri oleh sebuah fountain di depannya.
Melihat
berbagai bentuk bangunan arsitektural lain pada zaman klasik tidak dapat lepas
dari tampilannya yang begitu simetris. Parthenon, bangunan klasik yang bahkan
hadir jauh sebelum Pantheon, memiliki bentukan simetris bukan hanya pada fasad
bangunan (Gambar 2), melainkan di seluruh layout bangunannya (Gambar 3).
Peletakan kolom Doric yang memiliki jarak sama antar kolom menciptakan sebuah
ritme berulang yang bila anda bagi menjadi dua bagian secara vertikal akan
menghasilkan gubahan yang sama. Mungkin Parthenon merupakan pemrakarsa lahirnya
asumsi bahwa keindahan klasik yang sempurna berasal dari suatu bentukan yang
simetri. Lebih jauh lagi, Parthenon termasuk dalam salah satu dari tujuh
keajaiban dunia yang pernah ada. Dan bahkan untuk zaman-zaman berikutnya,
simetri masih dijadikan acuan sebagai keindahan dari segi teori estetika
arsitektur klasik.
Gambar 2.
Parthenon, kuil pendahulu Pantheon yang memiliki bentukan simetri bukan hanya
pada fasad bangunannya saja, melainkan di keseluruhan layout-nya.
Gambar 3.
Layout Parthenon yang simetri.
Bangunan-bangunan
yang sekilas telah dibahas tadi memiliki suatu persamaan, yakni bangunan kuil,
tempat penyembahan terhadap para dewa yang diagung-agungkan. Dan mungkinkah
simetri, sebagai estetika pada zaman klasik, memiliki representasi tersendiri
terkait kehadirannya dalam membentuk geometri sebuah bangunan spiritual?
Dewa,
sebagai Tuhan yang disembah oleh masyarakat Yunani kuno tentunya memiliki
kesempurnaan sehingga mereka patut disembah. Dan pembangunan kuil yang
dilakukan pada zaman tersebut biasanya berlaku sebagai hadiah bagi
petinggi-petinggi di suatu peradaban. Parthenon, dibangun sebagai hadiah untuk
Dewi Yunani, Athena.
Selain
ditemukan bentukan yang simetri pada Pantheon dan Parthenon, ternyata simetri
ditemukan juga pada beberapa temple lainnya yang ada di dunia. Dua diantaranya
berada di negara kita ini. Yakni pada Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Coba
perhatikan gambar Candi Borobudur dibawah ini (Gambar 4). Dilihat dari gambar
ini, ternyata Candi Borobudur juga memiliki tampak bangunan yang simetri. Garis
tengah yang tercipta dari undakan-undakan batu-batu candi mempertegas bahwa
fasad candi ini dapat terbagi menjadi dua bagian yang simetri.
Gambar 4.
Tampak Candi Borobudur yang menunjukan adanya kesimetrian.
Kemudian
mari kita tengok Candi Prambanan. Ternyata bangunan candi yang satu ini juga
memiliki hal simetri yang sama yang terletak pada fasad bangunannya. Meskipun
Candi Prambanan memiliki beberapa bentukan bangunan yang berbeda ukuran, namun
ketika kita membagi dua bangunan candi yang bagian tengah, maka kita akan
menemukan bahwa sisi kiri dan sisi kanan keseluruhan candi terdiri dari jumlah
bangunan candi dan bentuk-bentukan yang sama (Gambar 5).
Gambar 5.
Kesimetrian juga terletak pada Candi Prambanan.
Siapa sangka
bahwa ternyata ada bangunan-bangunan temple lain di dunia yang memiliki
persamaan dengan bangunan-bangunan temple tadi. Prinsip simetri masih berlaku
di beberapa bangunan temple yang gambarnya dapat kita lihat di bawah ini.
Perhatikan gambar, dan cobalah untuk meletakan sebuah garis lurus vertikal
tepat di tengahnya. Maka, kita akan menemukan hal yang sama, yakni tampak
bangunan yang simetri.
Gambar 7.
San Diego Mormon Temple.
Bahkan
sebuah temple di San Diego, yang bernama Mormon Temple memiliki prinsip simetri
juga pada fasad bangunannya.
Gambar 8.
Temple of Heaven, Beijing.
Begitu juga
dengan Temple of Heaven di Beijing. Jika kita membagi dua bagian tengah
bangunannya, maka kita akan menemukan kesimetrian pada fasadnya. Tidak hanya
itu, bahkan pada anak tangga hingga pelataran temple nya terbagi simetri juga.